Pengukuran Keanekaragaman Hayati Dengan Indeks Simpson, Indeks Shannon-Wiener, Indeks Kemelimpahan, Indeks Keseragaman, Indeks Dominasi, Dan Indeks Penyebaran Jenis - LITERASI GEOGRAFI

Latest

Website ini membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan geografi, baik fisik, non fisik, dan sosial, serta yang bersangkutan dengan pendidikan geografi.

Thursday, April 12, 2018

Pengukuran Keanekaragaman Hayati Dengan Indeks Simpson, Indeks Shannon-Wiener, Indeks Kemelimpahan, Indeks Keseragaman, Indeks Dominasi, Dan Indeks Penyebaran Jenis


     Penelitian dilaksanakan oleh Yusthinus Je pada tahun 2012 di kawasan Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar-Batu Malang yang merupakan salah satu kawasan pelestarian alam dan kawasan konservasi keanekaragaman hayati. Taman Hutan Raya R. Soerjo memunyai letak geografis 7º 40’ 10” - 7º 49’ 31” LS dan 112º 22’ 13”-112º 46’ 30” BT dan seluas 27.868,30 hektar yang merupakan salah satu Tahura terluas di Indonesia dan memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi baik flora maupun fauna, berdasarkan wilayah administrasi terbagi dalam lima kabupaten/kota yaitu: Kabupaten Malang 4.287,00 hektar, Kabupaten Pasuruan 5.894,30 hektar, Kabupaten Mojokerto 10.181,10 hektar, Kabupaten Jombang 2.864,70 hektar dan Kota Batu 4.641, 20 ha.
  Pengamatan pendahuluan/observasi dilakukan untuk (1) Mengenal lokasi/habitat yang akan menjadi tempat pengamatan; (2) Penelusuran jalur dan penentuan titik pengamatan; (3) Mengenal jenis-jenis burung yang umum dijumpai di lokasi. Pengamatan dilakukan menggunakan metode point count (titik hitung) dengan jalur transek dengan mengikuti jalur yang telah ada. Pada metode ini pengamat berjalan sepanjang jalur/jalan disertai dengan titik pengamatan yang telah ditentukan, di setiap titik, pengamatan dilakukan selama 15 menit dengan jarak pengamatan ke kiri dan kanan sejauh 50 meter dan jarak antar titik sejauh 33 meter, agar tidak terjadi pengulangan pencatatan. Parameter yang diamati adalah jumlah jenis dan jumlah individu di enam jalur transek pengamatan. Metode survei dan metode observasi dipergunakan untuk menentukan lokasi pengamatan dan obyek pengamatan.
  Pengamatan jenis-jenis burung dilakukan dengan menggunakan metode garis transek/jalur menurut Alikodra (1990), ialah merupakan suatu petak contoh di mana seorang pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis satwa liar yang dilihat baik jumlah maupun jaraknya dengan pencatat.
  Metode pengamatan langsung dan identifikasi dalam setiap titik pengamatan untuk mempermudah pengamatan jenis burung yang dijumpai dan selanjutnya diidentifikasi berdasarkan buku seri panduan lapangan burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan yang dilengkapi dengan gambar.
  Survei awal dilakukan untuk mengenal lokasi/habitat yang akan menjadi tempat pengamatan, penelusuran jalur dan penentuan titik pengamatan, mengenal jenis-jenis burung yang umum dijumpai di 6 jalur yang telah ada, dan ketinggian rata-rata kanopi di sepanjang jalur. Penentuan jalur dilakukan secara purposive sampling berupa jalur yang ada. Lokasi sampel pengamatan seluas 5 ha, memiliki 6 jalur garis transek (mengikuti jalur yang telah ada) dengan panjang jarak tiap jalur 1 Km. Garis transek pada wilayah sensus dipetakan dalam peta topografi berskala 1:50.000.
  Untuk lebih lanjutnya, tulisan ini bisa Anda download dalam bentuk file pdf di bawah ini:

No comments:

Post a Comment