Pendidikan Dalam Latar Budaya Dan Organisasi - LITERASI GEOGRAFI

Latest

Website ini membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan geografi, baik fisik, non fisik, dan sosial, serta yang bersangkutan dengan pendidikan geografi.

Wednesday, April 18, 2018

Pendidikan Dalam Latar Budaya Dan Organisasi



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perhatian manusia karena pembentukan diri manusia terjadi karena adanya keberadaan orang lain yang ikut campur dan memengaruhinya. Menurut Koesoema (2007:63) pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya (religius, moral, personal, sosial, kultural, temporal, institusional, relasional, dan lain lain) demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain. Pendidikan yang dengan demikian memiliki tujuan pokok untuk membentuk pribadi agar memiliki karakter mulia yang mencerminkan keindahan hidup dalam kebersamaan.
Negera Indonesia merupakan negara dengan sistem demokrasi yang memiliki ideologi kenegeraannya yang kuat. Ideologi negara sudah seharusnya tidak mengikat manusia tetapi memberikan kebebasan kepada manusia untuk berkembang. Negara demokrasi adalah negara yang mengakui akan kebebasan manusia, partisipasi individu dalam pengembangan hidup bermasyarakat dan hidup berbudaya. Tilaar (2003:314) mengungkapkan bahwa apabila pendidikan merupakan proses pembudayaan, maka proses pendidikan tidak perlu bertentangan dengan kekuasaan negara. Bahkan kekuasaan negara memberikan rambu-rambu pada perkembangan kebebasan individu sebagai warga negara yang kreatif dalam kehidupan berbudaya.
Pada dasarnya pendidikan timbul dan berkembang dengan latar belakang keadaan dan kejadian di masyarakat. Hidayah dan Atmoko (2014:2) menjelaskan bahwa perubahan masyarakat pada kurun waktu tertentu, dapat mempengaruhi anggota-anggotanya misalnya dalam cara berpikir, keyakinan dan tingkah laku, dan sebaliknya anggota-anggota itu juga berperan membentuk dan mengubah masyarakat tempat manusia hidup. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan masyarakat yang perkembangannya dipengaruhi oleh sekaligus juga mempengaruhi perkembangan masyarakat. Faktor sosial budaya mempengaruhi pemikiran dan praktik pendidikan, demikian pula pemikiran dan praktik pendidikan mempengaruhi perubahan sosial budaya suatu masyarakat.  
Pengembangan pendidikan suatu negara harus melalui pengelolaan yang tepat dan terencana agar dalam pelaksanaan bisa sesuai dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Maka dari itu perlu adanya organisasi/lembaga yang mengatur sistem pendidikan sehingga dalam prosesnya tidak terjadi ketimpangan dan kegagalan. Oleh karenanya melalui sistem pendidikan yang ada ataupun sudah di atur, harus mampu menghasilkan insan kamil atau insan paripurna. Dalam bahasa yang lebih operasional dan terukur, insan kamil atau insan paripurna didefinisikan sebagai manusia yang cerdas dan kompetitif (Sembiring, 2009:25).
Berdasarkan latar masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika pendidikan ingin lebih maju dan berkembang maka seharusnya latar budaya masyarakat sudah sepatutnya menjadi bahan pertimbangan, serta pembentukan organisasi/lembaga yang mewadahi dan mengatur sistem pendidikan juga harus dikelola dengan baik dan maksimal. Untuk mengungkap lebih jauh mengenai masalah tersebut maka judul dari makalah ini adalah “Pendidikan Dalam Latar Budaya Dan Organisasi”.

B.       Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka makalah ini dibatasi pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
  • Bagaimana kajian empirik terhadap pendidikan keluarga dari latar budaya tertentu?
  • Bagaimana kajian empirik terhadap pendidikan sekolah dari latar mazhab tertentu?
  • Bagaimana kajian empirik terhadap pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi?
C.      Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
  • Kajian empirik terhadap pendidikan keluarga dari latar budaya tertentu.
  • Kajian empirik terhadap pendidikan sekolah dari latar mazhab tertentu.
  • Kajian empirik terhadap pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
D.      Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
  • Sebagai bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam merumuskan rencana untuk menyelesaikan masalah dalam ruang lingkup pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
  • Sebagai bahan bacaan siswa, mahasiswa, guru, dan masyarakat umum agar bertambah wawasan seputaran lingkup pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
  • Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang meneliti tentang pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
  • Sebagai bahan dokumentasi kampus Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Definisi Pendidikan
    Secara umum pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses yang didesain untuk memindahkan/menularkan pengetahuan dan keahlian atau kecakapan serta kemampuan dari seseorang kepada orang lainnya, pemindahan atau penularan itu berlangsung terus-menerus dari suatu generasi kepada generasi berikutnya (Simanjuntak, 2014:22). Sedangkan menurut Koesoema (2007:61) Pendidikan lebih mengacu pada berbagai macam aktivitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh dan integral.
Pada pelaksanaannya dikatakan bahwa pendidikan harus memberikan kebebasan kepada peserta didik agar menjadi mandiri sehingga bisa memecahkan permasalahan. Sesuai dengan itu  Smith William (dalam Tilaar, 2003:87) menambahkan, proses pendidikan yang sebenarnya adalah proses pembebasan dengan jalan memberikan kepada peserta didik suatu kesadaran akan kemampuan kemandirian atau memberikan kekuasaan kepadanya untuk menjadi individu. Pendapat lain dari  Hidayah dan Atmoko(2014:2) menyebutkan bahwa pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan masyarakat yang perkembangannya dipengaruhi oleh sekaligus juga mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka simpulannya adalah pendidikan merupakan suatu aspek penting yang terjadi di masyarakat karena perkembangan pendidikan dapat mempengaruhi masyarakat itu sendiri, yang dalam prosesnya pendidikan merupakan turunan kemampuan seseorang kepada orang lainnya, yang apabila generasi baru itu tidak memiliki kesiapan dan kemandirian serta kepribadian yang kokoh maka akan menyebabkan perubahan negatif dalam masyarakat itu sendiri.

B.       Definisi Masyarakat, Budaya, dan Organisasi
1.   Masyarakat
Masyarakat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang menetap dalam suatu wilayah tidak terlalu jelas batas-batasnya, serta diikat oleh suatu harapan dan kepentingan yang bersama, yang keberadaannya berlangsung terus-menerus, dengan suatu rasa identitas bersama (Atosokhi, 2002:31). Sedangkan menurut Peter L. Berger (dalam Murdiyatmoko, 2007:18) menyebutkan bahwa masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya yang terdiri atas bagian-bagian yang membentuk kesatuan. Jadi masyarakat bukan hanya sekedar jumlah orang-orang atau penduduk yang tinggal di suatu tempat atau wilayah, melainkan merupakan suatu kesatuan antara suatu elemen dengan elemen lainnya.
Sistem hidup masyarakat sudah diatur untuk kepentingan bersama-sama, di dalamnya terjadi interaksi sosial antara individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok, serta antara kelompok dengan kelompok. Sesuai dengan hal tersebut Hidayah dan Atmoko (2014:7) menambahkan bahwa masyarakat merupakan sistem interaksi sosial, maksudnya masyarakat terdiri dari orang-orang yang saling berinteraksi, baik secara berkelompok maupun individual dalam rangka mencapai tujuan bersama. Secara kelompok, interaksi itu melibatkan antara lain keluarga, perusahaan, organisasi keagamaan, organisasi pendidikan, organisasi politik, dan berbagai lembaga yang lain. Secara individual, interaksi itu melibatkan beragam individu dari status sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, etnik, jenis kelamin, usia, dan sebagainya.
2.   Budaya
Secara umum disebutkan bahwa kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah, yang diartikan sebagai bentuk jamak dari konsep budhi (kecerdasan) dan dhaya (kemampuan atau kekuatan). Manusia memiliki budi yang diartikan kemampuan berpikir dan mencipta, Sementara itu daya juga milik manusia yang sangat hakiki dan melekat di dalam diri manusia yang berwujud kemampuan atau kekuatan (Simanjuntak, 2014:5). Sedangkan menurut Tirandis (dalam Hidayah dan Atmoko, 2014:9) budaya merupakan seperangkat buatan manusia yang terdiri dari elemen objektif dan subjektif yang pada masa lalu mampu meningkatkan peluang untuk bertahan dan berhasil dalam menghadapi lingkungan ekologis, dan oleh karenanya buatan itu dipakai bersama-sama oleh mereka yang bisa saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa umum, dan mereka yang hidup dalam tempat dan waktu yang sama.
Setiap kebudayaan mempunyai adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan, peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh anggotanya dalam komunitas sehingga kebudayaan tersebut dapat bertahan dan mengikat dari komunitas tersebut. Tanpa kekuasaan kebudayaan tersebut tidak mungkin suatu komunitas akan eksis. Eksistensi suatu kebudayaan diperoleh melalui proses pendidikan. Setiap komunitas mempunyai lembaga-lembaga pendidikan sebagai komunitas kebudayaan yang mempertahankan komunitas tersebut, hanya saja dalam masyarakat tradisional, transmisi kebudayaan berjalan secara lambat dan kurang dinamis (Tilaar, 2003:313).
3.   Organisasi
Organisasi adalah perkumpulan dari manusia yang tergabung dalam suatu wadah dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama yang telah direncanakan sebelumnya (Darmono, 2007:34). Sedangkan menurut Fuad (2006:102) menyebutkan bahwa organisasi adalah gambaran sistematis tentang hubungan sekelompok orang dalam suatu badan yang bekerja sama dengan membagi pekerjaan, pembatasan tugas dan tanggung jawab, serta penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
Perencanaan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik agar tujuan pendidikan bisa terwujud, maka dalam hal ini manajemen berbasis sekolah salah satu faktor yang paling penting. Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai pengoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah. Sekolah yang memiliki kewenangan lebih besar dalam pengelolaan pendidikan dan pengambilan keputusan secara partisipasi adalah esensi manajemen berbasis sekolah (Suparno, 2002:58).

C.      Pendidikan Keluarga
1.   Definisi pendidikan keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi manusia, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi dewasa. Menurut Sadulloh (2010:186) keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya yang belum menikah yang hidup dalam sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Sedangkan menurut Hasbulloh (2009:34) keluarga yaitu lembaga pendidikan tertua dan bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ki Hajar Dewantara (dalam Sadulloh, 2010:188) mengatakan bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena sejak munculnya peradaban manusia sampai sekarang, kehidupan keluarga selalu mempengaruhi atau merupakan tempat yang subur bagi tumbuhnya budi pekerti serta pembentukan karakter dalam diri manusia. Keluarga merupakan sumber pertama dan utama bagi kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan, karena memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya. Selain itu, keluarga bagi anak merupakan suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mencari makna kehidupan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dalam lingkungan keluarga terdapat proses pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengajarkan anak untuk mengenal dunia di luar dirinya dan keberhasilan pendidikan anak di luar bergantung pada pola pendidikan yang diberikan oleh keluarganya.
2.   Ciri-ciri keluarga
Pendidikan keluarga terhadap anak merupakan suatu kewajiban, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mantap, punya kepribadian ideal, serta tanggung menghadapi persoalan. Dalam hal ini ada beberapa ciri-ciri keluarga menurut Iver dan Page (dalam Sadulloh, 2010:187), yaitu:
·         Adanya hubungan berpasangan antar pria dan wanita,
·         Disahkan oleh ikatan pernikahan,
·         Adanya pengakuan terhadap anak yang dilahirkan,
·         Adanya kehidupan ekonomi yang diselenggarakan secara bersama, dan
·         Diselenggarakannya kehidupan berumah tangga.
3.   Pola asuh keluarga
Pola asuh keluarga menjadi bahan kajian dalam pendidikan, hal ini menjadi penting karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Kohn (dalam Elih, 2012:27) mengatakan bahwa pola asuh menyangkut sikap orang tua memberikan peraturan serta disiplin, hadiah, dan hukuman, cara orang tua menunjukan kekuasaannya tanggapan terhadap keinginan-keinginan anak. Pola asuh yang bersifat mendorong akan meningkatkan kemandirian karena percaya diri merupakan salah satu ciri kemandirian, sedangkan keluarga dengan pola asuh yang menekan mengakibatkan anak kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga anak mengalami hambatan di dalam mencapai kemandirian.
Berikut ini adalah dua strategi pola asuh menurut Jones dan Wilkins (dalam Elih, 2012:21), yaitu: 1) Kompetensi instrumental, meliputi perilaku independen, oriental berprestasi, dominan purposif, kooperatif, dan tanggung-jawab secara sosial. 2) Kompetensi ekspresif, meliputi perilaku keekspresifan emosional, spontanitas, dan keintiman hubungan.
4.   Peranan pendidikan keluarga
Keluarga memilih peranan dalam mendidik, membimbing, mengajarkan, serta memberikan masukan-masukan pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada anak. Menurut Hasbulloh (2009:39-43) ada beberapa peranan pendidikan keluarga bagi anak antara lain:
  • Pengalaman pertama masa kanak-kanak; lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
  • Menjamin kehidupan emosional anak; kehidupan emosional merupakan faktor penting karena melalui pendidikan keluarga kehidupan emosional atau dapat dipenuhi dan berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dan anak didik juga karena hubungannya didasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
  • Menanamkan dasar pendidikan moral; keluarga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat di contoh anak.
  • Memberikan dasar pendidikan sosial; perkembangan kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan, dan keserasian dalam segala hal.
  • Peletakan dasar-dasar keagamaan; masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam keluarga. Kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan.

D.      Pendidikan Sekolah
1.   Definisi pendidikan sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Menurut Hasbulloh (2009:46) pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Sedangkan menurut Sadulloh (2010:197) pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang selaras, seimbang, dan bersama-sama turut serta meningkatkan kesejahteraan sosial.
2.     Karakteristik proses pendidikan sekolah
Pendidikan sekolah melibatkan banyak aspek dalam pelaksanaannya, karena gabungan setiap elemen akan menghasilkan formula terbaik bagi anak. Menurut Wens Tanlain, dkk (dalam Hasbulloh, 2009:46-47) ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, yaitu:
  • Pendidikan diselenggarakan secara khusus serta dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis.
  • Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen.
  • Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
  • Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
  • Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh, dan serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik anak-anak sebagai warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis, dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan nasional pendidikan.
3.   Fungsi dan peran sekolah
Pelaksanaan pendidikan di sekolah memberikan sangat banyak manfaat bagi masyarakat karena tidak semua orang tua/keluarga memiliki kemampuan mendidik yang mumpuni dan tertata.  Di sinilah fungsi dan peran dari sekolah sebagaimana menurut pendapat Suwarno (dalam Hasbulloh, 2009:50-51), ada beberapa fungsi dan peran sekolah bagi masyarakat, antara lain:
  • Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
  • Spesialisasi; sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
  • Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan dalam masyarakat menjadi lebih efisien.
  • Sosialisasi; sekolah mempunyai peranan penting di dalam proses sosialisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. 
  • Konservasi dan transmisi kultural; fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda.
  • Transisi dari rumah ke masyarakat; ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba mengantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana anak mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
4.   Macam-macam mazhab pendidikan
Perkembangan pendidikan sudah sangat lama ada di dunia, bahkan dalam perkembangannya melahirkan berbagai aliran/mazhab. Berbagai pandangan muncul seiring dengan ditemukannya beragam masalah yang ada dalam dunia pendidikan.  Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007:26-28) ada 4 mazhab pendidikan dengan pendekatan sosio-budaya, yaitu:
·         Mazhab perennialisme (perenial, artinya bersifat lestari)
Pandangan dalam mazhab perennialisme menyebutkan bahwa sekalipun terdapat perbedaan lingkungan hidup, namun sifat hakiki manusia selalu sama sehingga semua orang memerlukan pendidikan yang sama. Juga fungsi dan tugas warga masyarakat dapat berbeda antara masyarakat/negara yang satu dengan yang lain sehingga tujuan dari suatu sistem pendidikan di mana pun juga adalah relatif sama yaitu untuk meningkatkan harkat manusia sebagai manusia. Dalam hal ini maka pendidikan adalah persiapan untuk hidup bagi manusia, apakah kehidupannya pribadi maupun kehidupannya dalam masyarakat.

·         Mazhab essentialisme (essence, artinya esensi atau inti)
Pandangan dalam mazhab essentialism menyebutkan bahwa untuk mempersiapkan siswa menjadi warga yang efektif dalam berdemokrasi maka tidak boleh persekolahan yang mahal/tak efisien. penekanan untuk meningkatkan efektivitas pendidikan tanpa menambah anggaran. Mazhab essensialistik masih dapat menyetujui beberapa pandangan paham tradisionalisme platonistik dan sarasenik Arab, namun berbeda paham dalam arti esensialisme menentang asas-asas (a) disiplin fatalisme yang otoriter, (b) kurikulum pendidikan liberal, (c) latihan unsur kemampuan mental, dan (d) anggapan manusia hidup baik dan cerdas tidak hanya secara sekuler tetapi juga untuk persiapan hidup sesudah mati.
·         Mazhab progressivisme (progress, artinya kemajuan)
Pandangan dalam mazhab progressivisme menyebutkan bahwa siswa terfasilitasi belajar akan lebih cepat dan lebih komprehensif dalam menunjukkan hasilnya serta hubungan relevansi antara bahan ajar dengan kehidupannya yang aktual. Karena itu penganut paham ini menolak mengajarkan bahan ajar yang hanya diyakini akan berguna kelak. Sesungguhnya persiapan yang terbaik bagi kehidupan siswa kelak adalah agar siswa belajar maksimal dari masalah-masalah aktual yang dialaminya sekarang.
·         Mazhab rekonstruksionisme (rekonstruksi, artinya membangun ulang)
Pandangan dalam mazhab progressivisme menyebutkan bahwa pendidikan dan sekolah bukan saja mempunyai misi untuk jangka panjang ke depan, melainkan sekolah-sekolah (persekolahan) umum milik masyarakat harus menjalankan peranannya sebagai pemimpin (agent) dari perubahan sosial yang diharapkan sebagai lembaga paling tepat untuk melatih tenaga kerja menyesuaikan diri secara spesifik dengan kebutuhan terbaru dari dunia kerja. Sekolah tidak mungkin mengajarkan kebudayaan kepada siswa, tapi sebaliknya sekolah dapat memberikan kontribusi kepada budaya lokal dengan jalan harus menyeleksi dan memilih norma dan nilai-nilai yang paling murah hati dan paling kemanusiaan untuk diajarkan kepada siswa dalam kelas berkonteks lokal dan nasional.

E.       Pendidikan Masyarakat
Pendidikan dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan karena kedua saling mempengaruhi. Kaitan antara pendidikan dan masyarakat menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2000:50) dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu:
  • Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan (jalur sekolah) maupun yang tidak dikembangkan (jalur luar sekolah).
  • Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan.
  • Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang maupun yang dapat dimanfaatkan.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan keluarga dan pendidikan di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Kajian Empirik Terhadap Pendidikan Keluarga dari Latar Budaya Tertentu
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Di sini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Pendidikan keluarga merupakan sumber pertama dan utama bagi kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga sebagai sumber pertama dan utama memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya. Selain itu, keluarga bagi anak merupakan suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mencari makna kehidupan. Oleh sebab itu dalam praktiknya di masyarakat, setiap hal yang diajarkan oleh keluarganya akan diaplikasikan oleh anaknya, persoalannya adalah jika yang diajarkan budaya yang baik maka anak akan menjadi baik dalam pandangan masyarakat, namun jika budaya yang diajarkan itu tidak baik maka anak tersebut akan menjadi tidak baik dalam pandangan masyarakat pula.
Pendidikan keluarga yang berlangsung dalam konteks sosial budaya akan sarat dengan muatan sosial budaya. Faktor sosial budaya mempengaruhi pemikiran dan praktik pendidikan, demikian pula pemikiran dan praktik pendidikan mempengaruhi perubahan sosial budaya suatu masyarakat. Pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap pendidikan misalnya era internet dan smartphone sekarang ini mempengaruhi tingkah laku siswa dalam belajar di kelas, bahkan lebih luas lagi mempengaruhi perilaku orang tua, guru, dan penyelenggaraan pendidikan. Dari perubahan era tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan pendidikan keluarga dalam pembentukan kepribadian anak dalam menghadapi tantangan global seperti sekarang.
Contoh lainnya untuk menghubungkan antara pendidikan keluarga dan budaya adalah dalam hal waktu yang ternyata bukan hanya merujuk pada kronologis kapan (tahun, bulan, minggu, hari, atau jam), melainkan merujuk juga pada faktor budaya. Di Indonesia dikenal ada budaya jam karet, yang berarti orang Indonesia umumnya kurang menganggap penting waktu, sehingga sering tidak tepat waktu pada acara misalnya masuk kelas untuk belajar, rapat, seminar, resepsi, pemberangkatan kereta, bus, pesawat, dan sebagainya. Bila ditelusuri lebih jauh, ketidaktepatan waktu juga dilatar belakangi oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar merupakan petani. Pada umumnya masyarakat ini dalam kehidupan sehari-hari tidak begitu menganggap penting dan menepati waktu secara ketat. Berbeda dengan masyarakat industri, yang menganggap tepat waktu sebagai hal yang harus dipenuhi dan sangat menentukan tingkat keberhasilan. Bayangkan, jika seorang pekerja terlambat 1 menit saja dari jadwal keberangkatan pesawat terbang, maka ia tidak akan dapat mengikuti pertemuan penting dengan rekan bisnisnya. Sebaliknya, jika seorang petani terlambat 30 menit dari jadwal berangkat untuk membajak sawahnya, maka boleh dikatakan keterlambatan itu tidak akan berakibat fatal.
Masalah yang dialami oleh peserta didik dalam dunia pendidikan sering kali juga berhubungan dengan budaya jam karet itu. Ada siswa yang prestasi belajarnya rendah. Setelah dianalisis ternyata siswa tidak teratur belajar, sering terlambat datang ke sekolah dan waktunya lebih banyak digunakan untuk hal-hal di luar belajar. Berkenaan dengan budaya waktu pula, kegiatan pendidikan, lebih-lebih proses belajar mengajar di kelas mengalami hambatan. Keterlambatan guru hadir di kelas, misalnya, dapat menyebabkan siswa kurang bergairah belajar. Dan aspek psikologis kurang gairah belajar tersebut dapat mempengaruhi mutu pendidikan. Untuk itu, sebagai seorang profesional, pendidik harus memperhatikan waktu (berusaha on time) walaupun umumnya orang kurang menepati waktu. Proses belajar mengajar harus dilaksanakan sesuai dengan rencana waktu yang telah disepakati dengan peserta didik. Inilah salah satu faktor sosial budaya yang berpengaruh terhadap masalah dan pelaksanaan pendidikan.

B.       Kajian Empirik Terhadap Pendidikan Sekolah dari Latar Mazhab Tertentu
Pendidikan sebagai upaya manusia untuk manusia adalah aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi komunitas manusia untuk kepentingan generasi manusia muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio-budaya itu pula. Setiap masyarakat pluralistik di zaman modern seharusnya berharap menugaskan kelompok warganya yang terpilih sebagai pendidik, untuk melaksanakan tugas pembinaan pribadi manusia dari generasi peserta didik bagi kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan pendidikan, melampaui pendidikan dalam keluarga, untuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi manusia lebih cerdas serta untuk melimpahkan harta sosio-budaya oleh generasi orang dewasa dalam setiap masyarakat kepada generasi yang lebih muda. Itu sebabnya konsep pendidikan secara praktis membutuhkan jalinan pemikiran teoretis-falsafah dan ilmiah-empiris secara proporsional dan komplementer.
Sistem pendidikan turut menentukan sukses tidaknya suatu negara, terutama dalam berpacu mengejar kemajuan negara-negara lain. Semua masyarakat, tak terkecuali, wajib berperan aktif membangun sistem pendidikan formal. Semua diperuntukkan demi membekali generasi muda dengan ilmu pengetahuan seluas mungkin yang nyata-nyata diperlukan seumur hidup. Apalagi saat harus memasuki dunia kerja, sebab bakal menuntut kepiawaian dalam lapangan pekerjaan. Sistem pendidikan jadi semakin penting seiring bertambah kompleksnya kehidupan masyarakat. Lewat pendidikanlah diperoleh insan berkualitas yang bakal membawa kita menjadi bangsa yang mandiri dan berkualitas.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh, dan serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik anak-anak sebagai warga negara. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan di sekolah harus mampu melahirkan manusia yang mampu dan punya daya saing tinggi serta kreatif juga inovatif sehingga bisa untuk mendukung kemajuan dalam tataran global. Program pengembangan pendidikan sekolah harus dinamis mengikuti perkembangan zaman dan sesuai dengan filsafah bangsa.
Falsafat pendidikan menelaah praktek dan teori pendidikan dengan menerapkan suatu pandangan (mazhab) falsafah, kefalsafatan dan/atau falsafat hidup secara spekulatif-kritis agar praktek pendidikan secara aktual lebih relevan dengan kehidupan, kemanusiaan serta kebijakan negara, dan pemerintahan. Kebijakan dan sasaran jangka menengah dan pendek dari pemerintah/penyelenggara diperlukan sekali untuk mendukung pencapaian tujuan umum keyakinan misi dan visi nasional, regional, maupun lokal di era globalisasi seperti terinspirasikan oleh ahli-ahli pikir, falsafat pendidikan, dan ilmu/teknologi.

C.      Pendidikan Masyarakat Dari Latar Budaya dan Organisasi
            1.   Pendidikan masyarakat dalam latar budaya
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu manusia tidak mungkin hidup layak di luar masyarakat. Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun yang kecil tergantung dari jumlah anggota kelompoknya. Interaksi masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial. Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah, dan masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang dapat diterima dan diharapkan oleh setiap anggota masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat. Aturan-aturan pendidikan dalam masyarakat merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, yang akan membentuk manusia sesuai dengan kebudayaan yang dipakai dalam masyarakat tersebut. Pendidikan setiap kelompok masyarakat akan berbeda bergantung pada lingkungan hidupnya dalam suatu wilayah, karena budaya terbentuk karena perbedaan geologis, demografis, klimatologis, dan sebagainya.
            2.   Pendidikan masyarakat dalam latar organisasi
Manusia adalah makhluk sosial, karenanya setiap manusia akan saling memerlukan dalam memenuhi kebutuhannya. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidupnya di muka bumi ini. Adanya alasan sosial di atas menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut organisasi. Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang telah disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat.
Organisasi itu juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan, perusahaan, politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang pendidikan. Organisasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Suatu organisasi merupakan wadah tempat orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa di mana pun dan kapan pun manusia berada atau berinteraksi maka disitu muncul organisasi tidak lagi sebagai wadah organik dari orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkembang pada interaksi orang untuk maksud tertentu.
Kemestian manusia saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan efisien, bukan semata-mata suatu kondisi kebetulan. Efektivitas dan efisiensi ini dapat digambarkan sebagai 100 sapu lidi yang diikat secara bersamaan akan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk membersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah 100 sapu lidi digunakan secara terpisah untuk membersihkan halaman.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan keluarga dan pendidikan di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
Pendidikan sebagai investasi dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga, masyarakat, sekolah atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut tujuan pendidikan. Pada level negara, tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional, pada level propinsi disebut tujuan pendidikan provinsi, pada level kabupaten/kota dikenal dengan tujuan pendidikan kab/kota, dan pada sekolah dikenal dengan pendidikan dengan tujuan pendidikan sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Dalam perkembangan zaman saat ini, dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai pendidikan, proses pendidikan bagi anak-anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi pendidikan formal (sekolah/madrasah).
Sekolah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi pendidikan formal. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama yang dinamakan tujuan pendidikan sekolah, misal tujuan pendidikan SMA Nusantara 1. Pertanyaannya, apakah tujuan tersebut tujuan pendidikan atau organisasi sekolah?  Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa keberadaan organisasi pendidikan tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuan pendidikan dan tujuan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal tidaklah terpisah. Pendidikan ditujukan bagi orang-orang yang mengikuti proses pendidikan. Dan proses pendidikan ini berada dalam organisasi.
Dengan demikian, keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi dasar bagi penetapan tujuan sekolah (sebagai suatu organisasi). Apakah mungkin penyelenggaraan pendidikan dilakukan di luar organisasi? Jawabnya pasti tidak mungkin. Mengapa demikian? Di awal telah diungkapkan bahwa keberadaan manusia   saat ini tidak memungkinkan untuk berada di luar sebuah organisasi. Dalam konteks dari suatu Negara. Dan suatu negara memiliki sistem pendidikan tersendiri. Artinya setiap orang yang menjadi warga suatu negara dan tinggal di negara tersebut akan   menjadi bagian dari pendidikan negara tersebut. Setiap sekolah atau lembaga pendidikan di mana pun saat ini harus mengikuti sistem penyelenggaraan pendidikan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan negara tersebut.

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
  • Pendidikan keluarga merupakan sumber pertama dan utama memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya. Selain itu, keluarga bagi anak merupakan suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mencari makna kehidupan. Oleh sebab itu dalam praktiknya di masyarakat, setiap hal yang diajarkan oleh keluarganya akan diaplikasikan oleh anaknya termasuk juga tentang kebudayaan. Jika yang diajarkan adalah budaya yang baik maka anak akan menjadi baik dalam pandangan masyarakat, namun jika budaya yang diajarkan itu tidak baik maka anak tersebut akan menjadi tidak baik dalam pandangan masyarakat pula. 
  • Pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan kesejahteraan sosial. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh, dan serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik anak-anak sebagai warga negara. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan di sekolah harus mampu melahirkan manusia yang mampu dan punya daya saing tinggi, serta kreatif juga inovatif sehingga bisa untuk mendukung kemajuan negara dalam tataran global. Program pengembangan pendidikan sekolah harus dinamis mengikuti perkembangan zaman dan sesuai dengan falsafah bangsa.
  • Pendidikan masyarakat selalu menekankan pada konsep manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain, karena itu manusia tidak mungkin hidup layak di luar masyarakat. Interaksi masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik, karena kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara dan individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadilah perubahan. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidup-nya di muka bumi ini. Adanya alasan sosial di atas menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut organisasi. Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang telah disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan keluarga dan pendidikan di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
B.       Saran
  • Karena keluarga adalah tempat anak mendapatkan pendidikan pertama dalam hidup, maka saran dari tim penulis untuk setiap keluarga adalah agar sebaiknya memberikan/mengajarkan kepada anaknya mengenai pentingnya arti hidup, menghargai keberagamaan, mencintai budaya positif bangsa, serta membimbing anak untuk mempraktekkan ilmunya dalam kehidupannya bermasyarakat.
  • Pendidikan di sekolah merupakan tempat siswa belajar lebih lanjut mengenai segala hal tentang dunia, maka dari itu saran dari tim penulis adalah agar pemerintah/pemangku kebijakan dalam dunia pendidikan dapat menciptakan iklim atau pun suasana belajar terbaik dan sesuai dengan perkembangan anak. Pemilihan mazhab atau pun pandangan pendidikan harus sesuai dengan falsafah bangsa, dan jangan sampai menghilangkan jati diri dari bangsanya sendiri. 
  • Pendidikan masyarakat merupakan tempat anak mempraktekkan ilmu dan pengalaman hasil belajar nya dari keluarga dan sekolah, maka dari itu saran dari tim penulis adalah agar masyarakat tidak membiarkan begitu saja anak-anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungannya. Kenakalan remaja terjadi bukan karena kesalahan dari anak sendiri, melainkan karena kurangnya kontrol dari keluarga, sekolah, dan terutama masyarakat. Dari pada itu maka perlu pengawasan dari masyarakat untuk menjaga anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan, serta membimbing anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Atosokhi, Antonius. 2002. Relasi dengan Sesama Character Building II. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Bungalan, Simanjuntak. 2014. Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah; Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo.

Elih, S. (2012). Model Pengukuran Sosial pada Pendidikan Nonformal dan Informal. Negara Institute [Online]. Diakses dari: https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/26/aliran-aliran-klasikpendidikan-2/.

Fuad, Muhammad. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hasbulloh. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hidayah dan Adi Atmoko. 2014. Landasan Sosial Budaya dan Psikologi Pendidikan: Terapannya di Kelas. Malang: Gunung Samudera.

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Murdiyatmoko. 2007. Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat Untuk SMA. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sembiring, Gorky. 2009. Mengungkap Rahasia dan Tips Manjur Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta: Best Publisher.

Suparjo, Paul. 2002. Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius.

Tilaar. 2003. Kekuasaan dan Pendidikan. Magelang: Indonesia Tera.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Tirtarahardja dan La Sulo. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


1 comment:

  1. NoVCasino Casino - NOVCASINO.COM
    NoVCasino.com 1xbet korean offers a no mens titanium wedding bands deposit bonus of 100% novcasino up to €150. No Deposit Bonus is given to new players https://jancasino.com/review/merit-casino/ only. No herzamanindir.com/ deposit bonuses expire

    ReplyDelete