PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan
dari perhatian manusia karena pembentukan diri manusia terjadi karena adanya
keberadaan orang lain yang ikut campur dan memengaruhinya. Menurut Koesoema (2007:63) pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh,
melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya (religius, moral, personal,
sosial, kultural, temporal, institusional, relasional, dan lain lain) demi proses
penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya
di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain. Pendidikan yang dengan demikian memiliki tujuan pokok
untuk membentuk pribadi agar memiliki karakter mulia yang mencerminkan keindahan hidup dalam kebersamaan.
Negera Indonesia merupakan negara
dengan sistem demokrasi yang memiliki ideologi kenegeraannya yang kuat. Ideologi
negara sudah seharusnya tidak mengikat manusia tetapi
memberikan kebebasan kepada manusia
untuk berkembang. Negara demokrasi adalah negara yang mengakui akan kebebasan
manusia, partisipasi individu dalam pengembangan hidup bermasyarakat dan hidup
berbudaya. Tilaar (2003:314) mengungkapkan bahwa apabila
pendidikan merupakan proses pembudayaan, maka proses pendidikan tidak perlu
bertentangan dengan kekuasaan negara. Bahkan kekuasaan negara memberikan
rambu-rambu pada perkembangan kebebasan individu sebagai warga negara yang
kreatif dalam kehidupan berbudaya.
Pada dasarnya pendidikan
timbul dan berkembang dengan latar belakang keadaan dan kejadian di masyarakat. Hidayah dan Atmoko (2014:2) menjelaskan bahwa perubahan
masyarakat pada kurun waktu tertentu, dapat mempengaruhi anggota-anggotanya misalnya
dalam cara berpikir, keyakinan dan tingkah laku, dan sebaliknya anggota-anggota
itu juga berperan membentuk dan mengubah masyarakat tempat manusia hidup.
Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan masyarakat yang perkembangannya
dipengaruhi oleh sekaligus juga mempengaruhi perkembangan masyarakat. Faktor sosial budaya
mempengaruhi pemikiran dan praktik pendidikan, demikian pula pemikiran dan
praktik pendidikan mempengaruhi perubahan sosial budaya suatu masyarakat.
Pengembangan pendidikan suatu negara
harus melalui pengelolaan yang tepat dan terencana agar dalam pelaksanaan bisa
sesuai dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Maka dari itu perlu
adanya organisasi/lembaga yang mengatur sistem pendidikan sehingga dalam
prosesnya tidak terjadi ketimpangan dan kegagalan. Oleh karenanya melalui
sistem pendidikan yang ada ataupun sudah di atur, harus mampu menghasilkan
insan kamil atau insan paripurna. Dalam bahasa yang lebih operasional dan
terukur, insan kamil atau insan paripurna didefinisikan sebagai manusia yang
cerdas dan kompetitif (Sembiring,
2009:25).
Berdasarkan latar masalah di atas
maka dapat disimpulkan bahwa jika pendidikan ingin lebih maju dan berkembang
maka seharusnya latar budaya masyarakat sudah sepatutnya menjadi bahan pertimbangan,
serta pembentukan organisasi/lembaga yang mewadahi dan mengatur sistem
pendidikan juga harus dikelola dengan baik dan maksimal. Untuk mengungkap lebih
jauh mengenai masalah tersebut maka judul dari makalah ini adalah “Pendidikan Dalam
Latar Budaya Dan Organisasi”.
B.
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan
latar belakang masalah di atas,
maka makalah ini dibatasi pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
- Bagaimana kajian empirik terhadap pendidikan keluarga dari latar budaya tertentu?
- Bagaimana kajian empirik terhadap pendidikan sekolah dari latar mazhab tertentu?
- Bagaimana kajian empirik terhadap pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
- Kajian empirik terhadap pendidikan keluarga dari latar budaya tertentu.
- Kajian empirik terhadap pendidikan sekolah dari latar mazhab tertentu.
- Kajian empirik terhadap pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
- Sebagai bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam merumuskan rencana untuk menyelesaikan masalah dalam ruang lingkup pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
- Sebagai bahan bacaan siswa, mahasiswa, guru, dan masyarakat umum agar bertambah wawasan seputaran lingkup pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
- Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang meneliti tentang pendidikan masyarakat dari latar budaya dan organisasi.
- Sebagai bahan dokumentasi kampus Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
BAB II
KAJIAN
TEORI
A.
Definisi Pendidikan
Secara umum pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses yang
didesain untuk memindahkan/menularkan pengetahuan dan keahlian atau kecakapan serta kemampuan dari seseorang kepada orang lainnya,
pemindahan atau penularan itu berlangsung terus-menerus dari suatu generasi
kepada generasi berikutnya (Simanjuntak,
2014:22). Sedangkan
menurut Koesoema (2007:61) Pendidikan lebih mengacu
pada berbagai macam aktivitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material
sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan teknis (skill)
sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh dan integral.
Pada pelaksanaannya dikatakan
bahwa pendidikan harus memberikan kebebasan kepada peserta didik agar menjadi
mandiri sehingga bisa memecahkan permasalahan. Sesuai dengan itu Smith William (dalam Tilaar, 2003:87) menambahkan, proses pendidikan
yang sebenarnya adalah proses pembebasan dengan jalan memberikan kepada peserta
didik suatu kesadaran akan kemampuan kemandirian atau memberikan kekuasaan
kepadanya untuk menjadi individu. Pendapat lain dari Hidayah dan Atmoko(2014:2) menyebutkan
bahwa pendidikan adalah salah satu aspek
kehidupan masyarakat yang perkembangannya dipengaruhi oleh sekaligus juga
mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi di
atas maka simpulannya adalah pendidikan merupakan suatu aspek penting yang
terjadi di masyarakat karena perkembangan pendidikan dapat mempengaruhi
masyarakat itu sendiri, yang dalam prosesnya pendidikan merupakan turunan
kemampuan seseorang kepada orang lainnya, yang apabila generasi baru itu tidak
memiliki kesiapan dan kemandirian serta kepribadian yang kokoh maka akan
menyebabkan perubahan negatif dalam masyarakat itu sendiri.
B.
Definisi Masyarakat, Budaya, dan Organisasi
1. Masyarakat
Masyarakat didefinisikan sebagai
kelompok manusia yang menetap dalam suatu wilayah tidak terlalu jelas
batas-batasnya, serta diikat oleh suatu harapan dan kepentingan yang bersama, yang
keberadaannya berlangsung terus-menerus, dengan suatu rasa identitas bersama
(Atosokhi, 2002:31). Sedangkan menurut Peter L. Berger (dalam Murdiyatmoko,
2007:18) menyebutkan bahwa masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks
hubungan manusia yang luas sifatnya yang terdiri atas bagian-bagian yang
membentuk kesatuan. Jadi masyarakat bukan hanya sekedar jumlah
orang-orang atau penduduk yang tinggal di suatu tempat atau wilayah, melainkan
merupakan suatu kesatuan antara suatu elemen
dengan elemen lainnya.
Sistem hidup masyarakat sudah
diatur untuk kepentingan bersama-sama, di dalamnya terjadi interaksi sosial
antara individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok, serta
antara kelompok dengan kelompok. Sesuai dengan hal tersebut Hidayah dan Atmoko (2014:7) menambahkan bahwa masyarakat merupakan
sistem interaksi sosial, maksudnya masyarakat terdiri dari orang-orang yang
saling berinteraksi, baik secara berkelompok maupun individual dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Secara kelompok, interaksi itu melibatkan antara lain
keluarga, perusahaan, organisasi keagamaan, organisasi pendidikan, organisasi
politik, dan berbagai lembaga
yang lain. Secara individual, interaksi itu melibatkan beragam individu dari
status sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, etnik, jenis kelamin, usia, dan
sebagainya.
2. Budaya
Secara umum disebutkan bahwa kebudayaan
berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah,
yang diartikan sebagai bentuk jamak dari
konsep budhi (kecerdasan) dan dhaya (kemampuan atau kekuatan). Manusia
memiliki budi yang diartikan kemampuan berpikir dan mencipta, Sementara
itu daya juga milik manusia yang sangat hakiki dan melekat di dalam diri
manusia yang berwujud kemampuan atau kekuatan (Simanjuntak,
2014:5). Sedangkan menurut Tirandis
(dalam Hidayah dan Atmoko, 2014:9) budaya
merupakan seperangkat buatan
manusia yang terdiri dari elemen objektif dan subjektif yang pada masa lalu mampu
meningkatkan peluang untuk bertahan dan berhasil dalam menghadapi lingkungan
ekologis, dan oleh karenanya buatan itu dipakai bersama-sama oleh mereka yang
bisa saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa umum, dan mereka yang hidup
dalam tempat dan waktu yang sama.
Setiap kebudayaan mempunyai adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan,
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh anggotanya dalam komunitas sehingga kebudayaan
tersebut dapat bertahan dan mengikat dari komunitas tersebut. Tanpa kekuasaan
kebudayaan tersebut tidak mungkin suatu komunitas akan eksis. Eksistensi suatu
kebudayaan diperoleh melalui proses pendidikan. Setiap komunitas mempunyai
lembaga-lembaga pendidikan sebagai komunitas kebudayaan yang mempertahankan
komunitas tersebut, hanya saja dalam masyarakat tradisional, transmisi kebudayaan berjalan
secara lambat dan kurang dinamis (Tilaar,
2003:313).
3. Organisasi
Organisasi adalah perkumpulan
dari manusia yang tergabung dalam suatu wadah dengan maksud untuk mencapai
tujuan bersama yang telah direncanakan sebelumnya (Darmono, 2007:34). Sedangkan
menurut Fuad (2006:102) menyebutkan bahwa organisasi adalah gambaran sistematis
tentang hubungan sekelompok orang dalam suatu badan yang bekerja sama dengan
membagi pekerjaan, pembatasan tugas dan tanggung jawab, serta penetapan
hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu
Perencanaan pelaksanaan
pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik agar tujuan pendidikan bisa
terwujud, maka dalam hal ini manajemen berbasis sekolah salah satu faktor yang
paling penting. Manajemen berbasis sekolah dapat
diartikan sebagai pengoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur kepentingan yang
terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah. Sekolah yang memiliki kewenangan lebih besar
dalam pengelolaan pendidikan dan pengambilan keputusan secara partisipasi
adalah esensi manajemen berbasis sekolah (Suparno, 2002:58).
C.
Pendidikan
Keluarga
1. Definisi pendidikan
keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama
dan utama bagi manusia,
karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi dewasa.
Menurut Sadulloh (2010:186) keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak-anaknya yang
belum menikah yang hidup dalam sebuah
kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Sedangkan menurut Hasbulloh
(2009:34) keluarga yaitu
lembaga pendidikan tertua dan bersifat
informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan
yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi,
dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ki Hajar Dewantara
(dalam Sadulloh, 2010:188) mengatakan bahwa keluarga merupakan pusat
pendidikan yang pertama dan terpenting, karena sejak munculnya peradaban manusia sampai sekarang,
kehidupan keluarga selalu mempengaruhi atau merupakan tempat yang subur bagi
tumbuhnya budi pekerti serta pembentukan
karakter dalam diri manusia. Keluarga merupakan sumber pertama dan utama bagi
kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan, karena memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya. Selain itu,
keluarga bagi anak merupakan
suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan membekali
nilai-nilai kehidupan
yang
dibutuhkan oleh anak
yang tengah mencari makna kehidupan.
Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, dalam lingkungan keluarga terdapat proses pendidikan yang diberikan
oleh orangtua kepada anaknya. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
mengajarkan anak untuk mengenal dunia di luar dirinya dan keberhasilan
pendidikan anak di luar bergantung pada pola pendidikan yang
diberikan oleh keluarganya.
2. Ciri-ciri keluarga
Pendidikan keluarga terhadap anak
merupakan suatu kewajiban, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mantap, punya
kepribadian ideal, serta tanggung menghadapi persoalan. Dalam hal ini ada
beberapa ciri-ciri keluarga menurut Iver dan Page (dalam
Sadulloh, 2010:187), yaitu:
·
Adanya hubungan
berpasangan antar pria dan wanita,
·
Disahkan oleh ikatan pernikahan,
·
Adanya pengakuan terhadap
anak yang dilahirkan,
·
Adanya kehidupan ekonomi
yang diselenggarakan secara bersama,
dan
·
Diselenggarakannya
kehidupan berumah tangga.
3. Pola asuh keluarga
Pola asuh keluarga menjadi bahan kajian dalam pendidikan, hal ini menjadi penting karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Kohn (dalam Elih, 2012:27) mengatakan bahwa pola asuh menyangkut sikap orang tua memberikan peraturan serta disiplin, hadiah, dan hukuman, cara orang tua menunjukan kekuasaannya tanggapan
terhadap keinginan-keinginan anak. Pola asuh
yang bersifat mendorong
akan meningkatkan kemandirian karena percaya diri
merupakan salah satu ciri kemandirian, sedangkan keluarga dengan pola asuh yang menekan
mengakibatkan anak
kurang diberikan kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sehingga anak mengalami hambatan di dalam mencapai kemandirian.
Berikut ini adalah dua strategi pola
asuh menurut Jones dan Wilkins (dalam Elih, 2012:21), yaitu: 1) Kompetensi instrumental, meliputi perilaku independen, oriental berprestasi, dominan purposif, kooperatif, dan
tanggung-jawab secara sosial. 2) Kompetensi ekspresif, meliputi
perilaku keekspresifan emosional, spontanitas, dan keintiman hubungan.
4. Peranan pendidikan
keluarga
Keluarga
memilih peranan dalam mendidik, membimbing, mengajarkan, serta memberikan
masukan-masukan pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada anak. Menurut Hasbulloh
(2009:39-43) ada beberapa peranan pendidikan
keluarga bagi anak antara lain:
- Pengalaman pertama masa kanak-kanak; lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
- Menjamin kehidupan emosional anak; kehidupan emosional merupakan faktor penting karena melalui pendidikan keluarga kehidupan emosional atau dapat dipenuhi dan berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dan anak didik juga karena hubungannya didasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
- Menanamkan dasar pendidikan moral; keluarga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat di contoh anak.
- Memberikan dasar pendidikan sosial; perkembangan kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan, dan keserasian dalam segala hal.
- Peletakan dasar-dasar keagamaan; masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam keluarga. Kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan.
D. Pendidikan Sekolah
1. Definisi pendidikan
sekolah
Pada dasarnya
pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang
sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping
itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Menurut Hasbulloh (2009:46) pendidikan sekolah
adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur,
sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
ketat. Sedangkan menurut Sadulloh (2010:197)
pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan serangkaian
kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku
seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang selaras,
seimbang, dan bersama-sama turut
serta meningkatkan kesejahteraan sosial.
2. Karakteristik proses
pendidikan sekolah
Pendidikan
sekolah melibatkan banyak aspek dalam pelaksanaannya, karena gabungan setiap
elemen akan menghasilkan formula terbaik bagi anak. Menurut Wens
Tanlain, dkk (dalam
Hasbulloh, 2009:46-47) ada beberapa karakteristik
proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, yaitu:
- Pendidikan diselenggarakan secara khusus serta dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis.
- Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen.
- Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
- Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
- Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan
berkembang secara efektif dan efisien dari,
oleh, dan serta untuk masyarakat,
merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam mendidik anak-anak sebagai warga
negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis, dan kronologis yang
berhaluan pada falsafah dan tujuan nasional pendidikan.
3. Fungsi dan peran
sekolah
Pelaksanaan
pendidikan di sekolah memberikan sangat banyak manfaat bagi masyarakat karena
tidak semua orang tua/keluarga memiliki kemampuan mendidik yang mumpuni dan
tertata. Di sinilah fungsi
dan peran dari sekolah
sebagaimana menurut pendapat
Suwarno (dalam Hasbulloh,
2009:50-51), ada beberapa fungsi dan peran sekolah bagi masyarakat,
antara lain:
- Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
- Spesialisasi; sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
- Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan dalam masyarakat menjadi lebih efisien.
- Sosialisasi; sekolah mempunyai peranan penting di dalam proses sosialisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat.
- Konservasi dan transmisi kultural; fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda.
- Transisi dari rumah ke masyarakat; ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba mengantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana anak mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
4. Macam-macam mazhab pendidikan
Perkembangan
pendidikan sudah sangat lama ada di dunia, bahkan dalam perkembangannya
melahirkan berbagai aliran/mazhab. Berbagai pandangan muncul seiring dengan
ditemukannya beragam masalah yang ada dalam dunia pendidikan. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP
UPI (2007:26-28) ada 4 mazhab pendidikan dengan pendekatan sosio-budaya, yaitu:
·
Mazhab
perennialisme (perenial, artinya bersifat lestari)
Pandangan dalam mazhab perennialisme menyebutkan bahwa
sekalipun terdapat perbedaan lingkungan hidup, namun sifat hakiki manusia
selalu sama sehingga semua orang memerlukan pendidikan yang sama. Juga fungsi
dan tugas warga masyarakat dapat berbeda antara masyarakat/negara yang satu
dengan yang lain sehingga tujuan dari suatu sistem pendidikan di mana pun juga
adalah relatif sama yaitu untuk meningkatkan harkat manusia sebagai manusia.
Dalam hal ini maka pendidikan adalah persiapan untuk hidup bagi manusia, apakah
kehidupannya pribadi maupun kehidupannya dalam masyarakat.
·
Mazhab
essentialisme (essence, artinya esensi atau inti)
Pandangan dalam mazhab essentialism menyebutkan bahwa untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga yang efektif dalam berdemokrasi maka tidak
boleh persekolahan yang mahal/tak efisien. penekanan untuk meningkatkan
efektivitas pendidikan tanpa menambah anggaran. Mazhab essensialistik masih
dapat menyetujui beberapa pandangan paham tradisionalisme platonistik dan sarasenik Arab, namun berbeda
paham dalam arti esensialisme menentang asas-asas (a) disiplin fatalisme yang
otoriter, (b) kurikulum pendidikan liberal, (c) latihan unsur kemampuan mental,
dan (d) anggapan manusia hidup baik dan cerdas tidak hanya secara sekuler tetapi juga untuk persiapan
hidup sesudah mati.
·
Mazhab
progressivisme (progress, artinya kemajuan)
Pandangan dalam mazhab progressivisme menyebutkan bahwa
siswa terfasilitasi belajar akan lebih cepat dan lebih komprehensif dalam menunjukkan
hasilnya serta hubungan relevansi antara bahan ajar dengan kehidupannya yang
aktual. Karena itu penganut paham ini menolak mengajarkan bahan ajar yang hanya
diyakini akan berguna kelak. Sesungguhnya persiapan yang terbaik bagi kehidupan
siswa kelak adalah agar siswa belajar maksimal dari masalah-masalah aktual yang
dialaminya sekarang.
·
Mazhab
rekonstruksionisme (rekonstruksi, artinya membangun ulang)
Pandangan dalam mazhab progressivisme menyebutkan bahwa
pendidikan dan sekolah bukan saja mempunyai misi untuk jangka panjang ke depan,
melainkan sekolah-sekolah (persekolahan) umum milik masyarakat harus
menjalankan peranannya sebagai pemimpin (agent)
dari perubahan sosial yang diharapkan sebagai lembaga paling tepat untuk
melatih tenaga kerja menyesuaikan diri secara spesifik dengan kebutuhan terbaru
dari dunia kerja. Sekolah tidak mungkin mengajarkan kebudayaan kepada siswa,
tapi sebaliknya sekolah dapat memberikan kontribusi kepada budaya lokal dengan
jalan harus menyeleksi dan memilih norma dan nilai-nilai yang paling murah hati
dan paling kemanusiaan untuk diajarkan kepada siswa dalam kelas berkonteks
lokal dan nasional.
E.
Pendidikan
Masyarakat
Pendidikan
dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan
karena kedua saling mempengaruhi. Kaitan antara
pendidikan dan
masyarakat menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2000:50) dapat ditinjau dari
tiga aspek yaitu:
- Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan (jalur sekolah) maupun yang tidak dikembangkan (jalur luar sekolah).
- Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan.
- Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang maupun yang dapat dimanfaatkan.
Masyarakat
merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan keluarga dan
pendidikan di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang
diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah
orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan
sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kajian
Empirik Terhadap Pendidikan Keluarga dari Latar Budaya Tertentu
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa
dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan
manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun
non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah
mengisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses
tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Di
sini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan
alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal
budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya.
Pendidikan keluarga merupakan sumber pertama dan utama bagi
kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga sebagai sumber pertama dan utama memberikan sumbangan yang sangat besar
bagi perkembangan dan
pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya. Selain itu,
keluarga bagi anak merupakan
suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan
membekali nilai-nilai kehidupan
yang
dibutuhkan oleh anak
yang tengah mencari makna kehidupan. Oleh sebab itu dalam praktiknya di
masyarakat, setiap hal yang diajarkan oleh keluarganya akan diaplikasikan oleh
anaknya, persoalannya adalah jika yang diajarkan budaya yang baik maka anak
akan menjadi baik dalam pandangan masyarakat, namun jika budaya yang diajarkan
itu tidak baik maka anak tersebut akan menjadi tidak baik dalam pandangan
masyarakat pula.
Pendidikan keluarga yang berlangsung dalam konteks sosial budaya
akan sarat dengan muatan sosial budaya. Faktor sosial budaya mempengaruhi
pemikiran dan praktik pendidikan, demikian pula pemikiran dan praktik
pendidikan mempengaruhi perubahan sosial budaya suatu masyarakat. Pengaruh
lingkungan sosial budaya terhadap pendidikan misalnya era internet dan smartphone sekarang ini mempengaruhi
tingkah laku siswa dalam belajar di kelas, bahkan lebih luas lagi mempengaruhi
perilaku orang tua, guru, dan penyelenggaraan pendidikan. Dari perubahan era
tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan pendidikan keluarga dalam
pembentukan kepribadian anak dalam menghadapi tantangan global seperti
sekarang.
Contoh lainnya untuk menghubungkan antara pendidikan keluarga dan budaya adalah dalam
hal waktu yang
ternyata bukan hanya merujuk pada kronologis kapan (tahun, bulan, minggu, hari,
atau jam), melainkan merujuk juga pada faktor budaya. Di Indonesia dikenal ada
budaya jam karet, yang berarti orang Indonesia umumnya kurang menganggap
penting waktu, sehingga sering tidak tepat waktu pada acara misalnya masuk
kelas untuk belajar, rapat, seminar, resepsi, pemberangkatan kereta, bus,
pesawat, dan sebagainya. Bila ditelusuri lebih jauh, ketidaktepatan waktu juga
dilatar belakangi
oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar merupakan petani. Pada umumnya
masyarakat ini dalam kehidupan sehari-hari tidak begitu menganggap penting dan
menepati waktu secara ketat. Berbeda dengan masyarakat industri, yang
menganggap tepat waktu sebagai hal yang harus dipenuhi dan sangat menentukan
tingkat keberhasilan. Bayangkan, jika seorang pekerja terlambat 1 menit saja
dari jadwal keberangkatan pesawat terbang, maka ia tidak akan dapat mengikuti
pertemuan penting dengan rekan bisnisnya. Sebaliknya, jika seorang petani
terlambat 30 menit dari jadwal berangkat untuk membajak sawahnya, maka boleh
dikatakan keterlambatan itu tidak akan berakibat fatal.
Masalah yang dialami oleh peserta didik
dalam dunia pendidikan sering kali juga berhubungan dengan budaya jam karet
itu. Ada siswa yang prestasi belajarnya rendah. Setelah dianalisis ternyata
siswa tidak teratur belajar, sering terlambat datang ke sekolah dan waktunya
lebih banyak digunakan untuk hal-hal di luar belajar. Berkenaan dengan budaya
waktu pula, kegiatan pendidikan, lebih-lebih proses belajar mengajar di kelas
mengalami hambatan. Keterlambatan guru hadir di kelas, misalnya, dapat
menyebabkan siswa kurang bergairah belajar. Dan aspek psikologis kurang gairah
belajar tersebut dapat mempengaruhi mutu pendidikan. Untuk itu, sebagai seorang
profesional, pendidik harus memperhatikan waktu (berusaha on time) walaupun
umumnya orang kurang menepati waktu. Proses belajar mengajar harus dilaksanakan
sesuai dengan rencana waktu yang telah disepakati dengan peserta didik. Inilah
salah satu faktor sosial budaya yang berpengaruh terhadap masalah dan
pelaksanaan pendidikan.
B.
Kajian
Empirik Terhadap Pendidikan Sekolah dari Latar Mazhab Tertentu
Pendidikan sebagai
upaya manusia untuk manusia adalah aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu
disediakan setiap generasi komunitas manusia untuk kepentingan generasi manusia
muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks
sosio-budaya itu pula. Setiap masyarakat pluralistik di zaman modern seharusnya
berharap menugaskan kelompok warganya yang terpilih sebagai pendidik, untuk
melaksanakan tugas pembinaan pribadi manusia dari generasi peserta didik bagi
kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang
bersangkutan. Untuk itu diperlukan pendidikan, melampaui pendidikan dalam
keluarga, untuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi
manusia lebih cerdas serta untuk melimpahkan harta sosio-budaya oleh generasi
orang dewasa dalam setiap masyarakat kepada generasi yang lebih muda. Itu
sebabnya konsep pendidikan secara praktis membutuhkan jalinan pemikiran
teoretis-falsafah dan ilmiah-empiris secara proporsional dan komplementer.
Sistem pendidikan turut menentukan sukses
tidaknya suatu negara, terutama dalam berpacu mengejar kemajuan negara-negara
lain. Semua masyarakat, tak terkecuali, wajib berperan aktif membangun sistem
pendidikan formal. Semua diperuntukkan demi membekali generasi muda dengan ilmu
pengetahuan seluas mungkin yang nyata-nyata diperlukan seumur hidup. Apalagi
saat harus memasuki dunia kerja, sebab bakal menuntut kepiawaian dalam lapangan
pekerjaan. Sistem pendidikan jadi semakin penting seiring bertambah kompleksnya
kehidupan masyarakat. Lewat pendidikanlah diperoleh insan berkualitas yang
bakal membawa kita menjadi bangsa yang mandiri dan berkualitas.
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan
berkembang secara efektif dan efisien dari,
oleh, dan serta untuk masyarakat,
merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam mendidik anak-anak sebagai warga
negara. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan di sekolah harus
mampu melahirkan manusia yang mampu dan punya daya saing tinggi serta kreatif
juga inovatif sehingga bisa untuk mendukung kemajuan dalam tataran global.
Program pengembangan pendidikan sekolah harus dinamis mengikuti perkembangan
zaman dan sesuai dengan filsafah bangsa.
Falsafat pendidikan menelaah
praktek dan teori pendidikan dengan menerapkan suatu pandangan (mazhab)
falsafah, kefalsafatan dan/atau falsafat hidup secara spekulatif-kritis agar
praktek pendidikan secara aktual lebih relevan dengan kehidupan, kemanusiaan
serta kebijakan negara, dan pemerintahan. Kebijakan dan sasaran jangka menengah
dan pendek dari pemerintah/penyelenggara diperlukan sekali untuk mendukung
pencapaian tujuan umum keyakinan misi dan visi nasional, regional, maupun lokal
di era globalisasi seperti terinspirasikan oleh ahli-ahli pikir, falsafat
pendidikan, dan ilmu/teknologi.
C.
Pendidikan
Masyarakat Dari Latar Budaya dan Organisasi
1. Pendidikan
masyarakat dalam latar budaya
Manusia adalah
makhluk sosial yang hidup dalam hubungannya
dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu manusia tidak mungkin hidup layak di
luar masyarakat. Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat
manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun yang
kecil tergantung dari jumlah anggota kelompoknya. Interaksi masyarakat
tidak terlepas dari kebudayaan. Hubungan antara individu itu bukan sepihak
melainkan timbal balik. Kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara
akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan
sosial. Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi.
Dalam tiap
kelompok, keluarga, sekolah, dan masyarakat
terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang dapat diterima dan diharapkan oleh setiap
anggota masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu
masyarakat disebut kebudayaan. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan,
kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan
manusia sebagai anggota masyarakat. Aturan-aturan pendidikan dalam masyarakat
merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, yang akan membentuk
manusia sesuai dengan kebudayaan yang dipakai dalam masyarakat tersebut.
Pendidikan setiap kelompok masyarakat akan berbeda bergantung pada lingkungan hidupnya dalam suatu wilayah,
karena budaya terbentuk karena perbedaan geologis, demografis, klimatologis,
dan sebagainya.
2. Pendidikan
masyarakat dalam latar organisasi
Manusia adalah
makhluk sosial, karenanya setiap manusia akan saling memerlukan dalam memenuhi
kebutuhannya. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja
sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidupnya di muka bumi
ini. Adanya alasan sosial di atas menjadi salah satu pendorong
bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut organisasi.
Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang telah
disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi
tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat.
Organisasi
itu juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan,
perusahaan, politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang pendidikan. Organisasi
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Suatu
organisasi merupakan wadah tempat orang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa di mana pun dan
kapan pun manusia berada atau berinteraksi maka disitu muncul organisasi tidak
lagi sebagai wadah organik dari orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan,
tetapi berkembang pada interaksi orang untuk maksud tertentu.
Kemestian manusia
saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan bersama
dengan lebih efektif dan efisien, bukan semata-mata suatu kondisi kebetulan.
Efektivitas dan efisiensi ini
dapat digambarkan sebagai 100
sapu lidi yang diikat secara bersamaan akan memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk membersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah 100 sapu lidi digunakan secara terpisah untuk
membersihkan halaman.
Masyarakat
merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan keluarga dan
pendidikan di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang
diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah
orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan
sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
Pendidikan sebagai investasi dalam
pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan upaya
yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga, masyarakat, sekolah
atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai
yang disebut tujuan pendidikan. Pada level negara, tujuan ini disebut tujuan
pendidikan nasional, pada level propinsi disebut tujuan pendidikan provinsi,
pada level kabupaten/kota dikenal dengan tujuan pendidikan kab/kota, dan pada
sekolah dikenal dengan pendidikan dengan tujuan pendidikan sekolah. Pencapaian
tujuan ini akan lebih efektif
dan efisien jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Dalam
perkembangan zaman saat ini, dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai
pendidikan, proses pendidikan bagi anak-anak lebih banyak dipercayakan pada
organisasi pendidikan formal (sekolah/madrasah).
Sekolah dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi
pendidikan formal. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama yang dinamakan tujuan
pendidikan sekolah, misal tujuan pendidikan SMA Nusantara 1. Pertanyaannya,
apakah tujuan tersebut tujuan pendidikan atau organisasi sekolah? Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah
organisasi menunjukkan bahwa keberadaan organisasi pendidikan tersebut
ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuan
pendidikan dan tujuan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal tidaklah
terpisah. Pendidikan ditujukan bagi orang-orang yang mengikuti proses
pendidikan. Dan proses pendidikan ini berada dalam organisasi.
Dengan demikian,
keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi dasar bagi penetapan tujuan sekolah (sebagai
suatu organisasi). Apakah mungkin penyelenggaraan pendidikan dilakukan di luar
organisasi? Jawabnya pasti tidak mungkin. Mengapa demikian? Di awal telah
diungkapkan bahwa keberadaan manusia
saat ini tidak memungkinkan untuk berada di luar sebuah organisasi.
Dalam konteks dari suatu Negara. Dan suatu negara memiliki sistem pendidikan
tersendiri. Artinya setiap orang yang menjadi warga suatu negara dan tinggal di
negara tersebut akan menjadi bagian
dari pendidikan negara tersebut. Setiap sekolah atau lembaga pendidikan di mana pun saat ini harus
mengikuti sistem penyelenggaraan pendidikan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan
negara tersebut.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
- Pendidikan keluarga merupakan sumber pertama dan utama memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya. Selain itu, keluarga bagi anak merupakan suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mencari makna kehidupan. Oleh sebab itu dalam praktiknya di masyarakat, setiap hal yang diajarkan oleh keluarganya akan diaplikasikan oleh anaknya termasuk juga tentang kebudayaan. Jika yang diajarkan adalah budaya yang baik maka anak akan menjadi baik dalam pandangan masyarakat, namun jika budaya yang diajarkan itu tidak baik maka anak tersebut akan menjadi tidak baik dalam pandangan masyarakat pula.
- Pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan kesejahteraan sosial. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh, dan serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik anak-anak sebagai warga negara. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan di sekolah harus mampu melahirkan manusia yang mampu dan punya daya saing tinggi, serta kreatif juga inovatif sehingga bisa untuk mendukung kemajuan negara dalam tataran global. Program pengembangan pendidikan sekolah harus dinamis mengikuti perkembangan zaman dan sesuai dengan falsafah bangsa.
- Pendidikan masyarakat selalu menekankan pada konsep manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain, karena itu manusia tidak mungkin hidup layak di luar masyarakat. Interaksi masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik, karena kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara dan individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadilah perubahan. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidup-nya di muka bumi ini. Adanya alasan sosial di atas menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut organisasi. Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang telah disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan keluarga dan pendidikan di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
B.
Saran
- Karena keluarga adalah tempat anak mendapatkan pendidikan pertama dalam hidup, maka saran dari tim penulis untuk setiap keluarga adalah agar sebaiknya memberikan/mengajarkan kepada anaknya mengenai pentingnya arti hidup, menghargai keberagamaan, mencintai budaya positif bangsa, serta membimbing anak untuk mempraktekkan ilmunya dalam kehidupannya bermasyarakat.
- Pendidikan di sekolah merupakan tempat siswa belajar lebih lanjut mengenai segala hal tentang dunia, maka dari itu saran dari tim penulis adalah agar pemerintah/pemangku kebijakan dalam dunia pendidikan dapat menciptakan iklim atau pun suasana belajar terbaik dan sesuai dengan perkembangan anak. Pemilihan mazhab atau pun pandangan pendidikan harus sesuai dengan falsafah bangsa, dan jangan sampai menghilangkan jati diri dari bangsanya sendiri.
- Pendidikan masyarakat merupakan tempat anak mempraktekkan ilmu dan pengalaman hasil belajar nya dari keluarga dan sekolah, maka dari itu saran dari tim penulis adalah agar masyarakat tidak membiarkan begitu saja anak-anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungannya. Kenakalan remaja terjadi bukan karena kesalahan dari anak sendiri, melainkan karena kurangnya kontrol dari keluarga, sekolah, dan terutama masyarakat. Dari pada itu maka perlu pengawasan dari masyarakat untuk menjaga anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan, serta membimbing anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Atosokhi, Antonius. 2002. Relasi dengan Sesama Character Building II. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Bungalan, Simanjuntak. 2014. Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan Membangun Pendidikan Berbasis Budaya
Lokal. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Darmono. 2007. Perpustakaan
Sekolah; Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo.
Elih,
S. (2012). Model Pengukuran Sosial pada
Pendidikan Nonformal dan Informal. Negara Institute [Online]. Diakses dari:
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/26/aliran-aliran-klasikpendidikan-2/.
Fuad, Muhammad. 2006. Pengantar
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hasbulloh.
2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hidayah dan Adi Atmoko. 2014. Landasan Sosial Budaya dan Psikologi Pendidikan: Terapannya di Kelas.
Malang: Gunung Samudera.
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan
Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Murdiyatmoko. 2007. Sosiologi:
Memahami dan Mengkaji Masyarakat Untuk SMA. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sadulloh,
Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik).
Bandung: Alfabeta.
Sembiring, Gorky. 2009. Mengungkap Rahasia dan Tips Manjur Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta:
Best Publisher.
Suparjo, Paul. 2002. Reformasi
Pendidikan: Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius.
Tilaar. 2003. Kekuasaan
dan Pendidikan. Magelang: Indonesia Tera.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:
PT Imperial Bhakti Utama.
Tirtarahardja
dan La Sulo. 2000. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
NoVCasino Casino - NOVCASINO.COM
ReplyDeleteNoVCasino.com 1xbet korean offers a no mens titanium wedding bands deposit bonus of 100% novcasino up to €150. No Deposit Bonus is given to new players https://jancasino.com/review/merit-casino/ only. No herzamanindir.com/ deposit bonuses expire